Nikmati sejenak tentang ini..
Berbaring diantara dua guling...
besar atau kecil, bersih atau kotor, keras atau empuk, di ranjang atau di lantai, gelap atau terang.
Duduk diantara dua batu karang...
besar atau kecil, terang atau gelap, sempit atau lebar, berair atau kering.
Berdiri diantara dua pohon...
besar atau kecil, rindang atau gersang, malam atau siang.
Hidup diantara dua cinta...
sebagai orang pertama atau kedua, sebagai pelaku utama atau korban, untuk saat ini atau masa depan, permainan atau jalan hidup.
Ketika itu terjadi,
kita merasa mampu bertahan asal satu dua hal termaklumi. Mungkin saja kita harus berbaring di antara dua guling kecil yang kotor, bau, keras dan tanpa sedikitpun cahaya dalam ruang, tak mengapa, aku mampu asalkan masih beralas ranjang.
Terkadang manusia lupa bersyukur pada kenyataan hidup. Merasa punya hak untuk memilih lalu lupa diri berharap segala kondisi harus seperti apa yang dimau. Namun ketika kenyataan terburuk di depan mata dan mulai merasa tak kuasa bertahan, sontak mengeluh bahwa hidup tidak adil.
Sekarang pikirkan sejenak tentang ini...
Berbaring diantara dua guling, duduk diantara dua karang, berdiri diantara dua pohon, hidup diantara dua cinta, seburuk apapun kenyataan hidup yang nampak di depan mata, kenapa kita jadi begitu kompromi hanya karena satu hal?
Aku mau... aku mampu... asal TIDAK SENDIRI. Aku berjuang dan akan bertahan asal KAU disampingku.
Tolong renungkan...
Hidup itu dua sisi, kita layak memilih, layak berharap dan layak mengeluh. Kenapa kita jadi tak punya mau dan tak lagi mengeluh hanya karena seseorang? Kita wajib bersyukur pada hidup dan pada Sang pemberi hidup. Bukan pada seseorang, siapapun dia... Berhenti menggantungkan hidupmu pada manusia, sesempurna apapun dia!
Tanpa kita sadari... SESEORANG itu yang membuatmu lupa diri!Lupa memilih, lupa berharap dan lupa mengeluh. Kepasrahan semacam itu yang membuat kita jadi sempurna di matanya! Tapi tidak di mata TUHAN.
Berbaring diantara dua guling...
besar atau kecil, bersih atau kotor, keras atau empuk, di ranjang atau di lantai, gelap atau terang.
Duduk diantara dua batu karang...
besar atau kecil, terang atau gelap, sempit atau lebar, berair atau kering.
Berdiri diantara dua pohon...
besar atau kecil, rindang atau gersang, malam atau siang.
Hidup diantara dua cinta...
sebagai orang pertama atau kedua, sebagai pelaku utama atau korban, untuk saat ini atau masa depan, permainan atau jalan hidup.
Ketika itu terjadi,
kita merasa mampu bertahan asal satu dua hal termaklumi. Mungkin saja kita harus berbaring di antara dua guling kecil yang kotor, bau, keras dan tanpa sedikitpun cahaya dalam ruang, tak mengapa, aku mampu asalkan masih beralas ranjang.
Terkadang manusia lupa bersyukur pada kenyataan hidup. Merasa punya hak untuk memilih lalu lupa diri berharap segala kondisi harus seperti apa yang dimau. Namun ketika kenyataan terburuk di depan mata dan mulai merasa tak kuasa bertahan, sontak mengeluh bahwa hidup tidak adil.
Sekarang pikirkan sejenak tentang ini...
Berbaring diantara dua guling, duduk diantara dua karang, berdiri diantara dua pohon, hidup diantara dua cinta, seburuk apapun kenyataan hidup yang nampak di depan mata, kenapa kita jadi begitu kompromi hanya karena satu hal?
Aku mau... aku mampu... asal TIDAK SENDIRI. Aku berjuang dan akan bertahan asal KAU disampingku.
Tolong renungkan...
Hidup itu dua sisi, kita layak memilih, layak berharap dan layak mengeluh. Kenapa kita jadi tak punya mau dan tak lagi mengeluh hanya karena seseorang? Kita wajib bersyukur pada hidup dan pada Sang pemberi hidup. Bukan pada seseorang, siapapun dia... Berhenti menggantungkan hidupmu pada manusia, sesempurna apapun dia!
Tanpa kita sadari... SESEORANG itu yang membuatmu lupa diri!Lupa memilih, lupa berharap dan lupa mengeluh. Kepasrahan semacam itu yang membuat kita jadi sempurna di matanya! Tapi tidak di mata TUHAN.
2 komentar:
____ketergantungan ____
____ keseimbangan ____
kenapa menempatkan diri " di antara " nya ____? knapa ga di depannya ___? atau, di beLakanganya sekaLian ____
hi, Gie_Destiny
Selamat datang di taman persajakan Y!A, negeri di atas awan...
"Diantara"... sungguh dalam maknanya, aku terkesan.. memang betul kita harus menerima kenyataan hidup dan bersyukur kepada-Nya kita diberi kehidupan.
Andaikan tulisan ini dibuat dalam bentuk syair, saya yakin pasti akan sangat indah dan teman-teman semua di persajakan akan terkesan juga.
Salam kenal dan akan sangat terhormat rasanya bila mau berkenalan denganku.
Panji
Posting Komentar